A.
Teori Kepribadian Sehat Aliran Psikoanalisis
Apakah
yang dimaksud dengan kepribadian yang sehat? bagaimana sifat-sifat orang yang
memiliki kepribadian yang sehat? dan apakah anda adalah pribadi yang sehat?
Mungkin ini adalah pertanyaan yang sangat menarik untuk dibahas dalam suatu
pandangan yang mewakili pertanyaan dari banyak orang.
Kepribadian
adalah kata yang begitu umum dipakai di dunia Psikologi, kepribadian seseorang
bisa dinilai dari kemampuannya memperoleh reaksi-reaksi dari berbagai orang
dalam berbagai keadaan. Untuk definisi kepribadian hampir bisa dikatakan tidak
ada suatu kesepakatan definisi dari keseluruhan pandangan yang pernah
dilontarkan. Menurut allport (1937) ia menemukan bahwa ada hampir 50 definisi
berbeda yang digolongkannya kedalam sejumlah kategori. Allport sendiri
memandang “kepribadian merupakan apa orang itu sesungguhnya”.
Sehat
merupakan bagian dari harta manusia yang tak ternilai harganya. Sehat merupakan
anugerah dari Sang Maha Pencipta untuk makhluk hidup melakukan perbuatan mulia
sehingga sehat dapat di pandang indah untuk selalu disandang oleh individu yang
sadar akan hal tersebut.
Kepribadian
Sehat Berdasarkan Aliran Psikoanalisis
Psikoanalisis
merupakan suatu bentuk model kepribadian. Teori ini sendriri pertama kali
diperkenalkan oleh Sigmun Freud (1856-1938). Freud pada awalnya memang
mengembangkan teorinya tengtang struktur kepribadian dan sebab-sebab gangguan
jiwa dan dengan konsep teorinya yaitu perilaku dan pikiran dengan mengatakan
bahwa kebanyakan apa yang kita lakukan dan pikirkan hasil dari keinginan atau
dorongan yang mencari pemunculan dalam perilaku dan pikiran. menurut teori
psikoanalisa, inti dari keinginan dorongan ini adalah bahwa mereka bersembunyi
dari kesadaran individual.
Dan apabila
dorongan – dorongan ini tidak dapat disalurkan, dapat menyebabkan gangguan
kepribadian dan juga memggangu kesehatan mental yang disebut psikoneurosis.
Dengan kata lain, mereka tidak disadari. Ini adalah ekspresi dari dorongan
tidak sadar yang muncul dalam perilaku dan pikiran. Istilah “motivasi yang
tidak disadari” / (unconscious motivation) menguraikan ide kunci dari
psikoanalisa. Psikoanalisis mempunyai metode untuk membongkar gangguan –
gangguan yang terdapat dalam ketidaksadaran ini, antara lain dengan metode
analisis mimpi dan metode asosiasi bebas.
Teori psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa dalam diri manusia terdapat
suatu energi psikis yang sangat dinamis. Energi psikis inilah yang mendorong
individu untuk bertingkah laku. Menurut psikoanalisis, energi psikis itu
berasumsi pada fungsi psikis yang berbeda yaitu: Id, Ego dan Super Ego.
– Id: merupakan bagian palung primitif dalam kepribadian, dan dari sinilah
nanti ego dan Super Ego berkembang. Dorongan dalam Id selalu ingin dipuaskan
dan menghindari yang tidak menyenangkan.
– Ego: merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi secara
rasional berdasakan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara
realistis,yaitu dimana Ego berfungsi untuk menyaring dorongan-dorongan yang
ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan.
– Super Ego: merupakan gambaran internalisasi nilai moral masyarakat yang
diajarkan orang tua dan lingkungan seseorang. Pada dasarnya Super Ego merupakan
hati nurani seseorang dimana berfungsi sebagai penilai apakah sesuatu itu benar
atau salah. Karena itu Super Ego berorientasi pada kesempurnaan.
Kepribadian
yang sehat menurut psikoanalisis:
1. Menurut
freud kepribadian yang sehat yaitu jika individu bergerak menurut pola
perkembangan yang ilmiah.
2. Kemampuan
dalam mengatasi tekanan dan kecemasan, dengan belajar
3. Mental
yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari superego terhadap id dan ego
4. Tidak
mengalami gangguan dan penyimpangan pada mentalnya
5. Dapat
menyesuaikan keadaan dengan berbagai dorongan dan keinginan
Kepribadian
Sehat Menurut Aliran Behavioristik
Behaviorisme
juga disebut psikologi S – R (stimulus dan respon). Behaviorisme menolak bahwa
pikiran merupakan subjek psikologi dan bersikeras bahwa psokologi memiliki
batas pada studi tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang
yang dapat diamati. Teori Behaviorisme sendiri pertama kali diperkenalkan oleh
John B. Watson (1879-1958).
Aliran
behaviorisme mempunyai 3 ciri penting:
1.
Menekankan
pada respon-respon yang dikondisikan sebagai elemen dari perilaku
2.
Menekankan
pada perilaku yang dipelajari dari pada perilaku yang tidak dipelajari.Behaviorisme
menolak kecenderungan pada perilaku yang bersifat bawaan.
3.
Memfokuskan
pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak ada perbedaan alami antara perilaku
manusia dan perilaku binatang. Kita dapat belajar banyak tentang perilaku kita
sendiri dari studi tentang apa yang dilakukan binatang.
Menurut
penganut aliran ini perilaku selalu dimulai dengan adanya rangsangan yaitu
berupa stimulus dan diikuti oleh suatu reaksi beupa respons terhadap rangsangan
itu.
Jadi
menurut Behaviorisme manusia dianggap memberikan respons secara pasif terhadap
stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu sistem yang
bertingkah laku menurut cara yang sesuai peraturannya dan menganggap manusia
tidak memiliki sikap diri sendiri.
Kepribadian yang sehat menurut behavioristik:
1.
Memberikan
respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya
2.
Bersifat
sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman
3.
Sangat
dipengaruhi oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan
bawaan sendiri
4.
Menekankan
pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang obyektif
Kepribadian
Sehat Menurut Aliran Humanistik
Aliran
ini berkembang pada tahun 1950. Humanistik merasa tidak puas dengan behaviori
maupun dengan aliran psikoanalisis. Aliran humanistik ini mengarahkan
perhatiannya pada humanisasi yang menekankan keunikan manusia. Psikologi
Humanistik manusia adalah makhluk kreatif,yang di kendalikan oleh nilai-nilai
dan pada pilihan-pilihan sendiri bukan pada kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.Kepribadian
yang sehat menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1) Menjalani
hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2) Mencoba
hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3) Lebih
memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara
tradisi, otoritas, atau mayoritas.
4) Jujur ;
menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5) Siap
menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
6) Memikul
tanggung jawab.
7) Bekerja
keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
8) Mencoba
mengidentifikasi pertahanan diri dan memiliki keberanian untuk menghentikannya.
B.
Teori Kepribadian Sehat Aliran Behavior
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B.
Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsure
subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan
berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir
sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia
berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara
tentang alam bawah sadar yang tidak tampak). Behaviorisme secara keras menolak
unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan
membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian,
Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang
dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih
jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan
diri pada proses-proses mental.
Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat
diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika
dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan
berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya.
Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik
akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada
pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh objektif. Kaum behavioris mencoret dari
kamus ilmiah mereka, semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti
sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi, sejauh
kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif. Fungsionalisme Menjadi
dasar bagi behaviorisme melalui pengaruhnya pada tokoh utama behaviorisme,
yaitu Watson. Watson adalah murid dari Angell dan menulis disertasinya di
University of Chicago. Dasar pemikiran Watson yang memfokuskan diri lebih
proses mental daripada elemen kesadaran, fokusnya perilaku nyata dan
pengembangan bidang psikologi pada animal psychology dan child psychology
adalah pengaruh dari fungsionalisme. Meskipun demikian, Watson menunjukkan
kritik tajam pada fungsionalisme.
prinsip aliran behaviorisme
·
Perilaku
nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai perwujudan dari jiwa
atau mental yang abstrak
·
Aspek
mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo problem
untuk sciene, harus dihindari.
·
Penganjur
utama adalah Watson : overt, observable behavior, adalah satu-satunya subyek
yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
·
Dalam
perkembangannya, pandangan Watson yang ekstrem ini dikembangkan lagi oleh para
behaviorist dengan memperluas ruang lingkup studi behaviorisme dan akhirnya
pandangan behaviorisme juga menjadi tidak seekstrem Watson, dengan
mengikutsertakan faktor-faktor internal juga, meskipun fokus pada overt
behavior tetap terjadi.
·
Aliran
behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan bersifat
positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
·
Banyak
ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke dalam dua
periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan. Terhadap aliran
behaviorisme ini, kritik umumnya diarahkan pada pengingkaran terhadap potensi
alami yang dimiliki manusia. Bahkan menurut pandangan ini, manusia tidak
memiliki jiwa, tidak memiliki kemauan dan kebebasan untuk menentukan tingkah
lakunya sendiri.
John B. Watson
Watson berpendapat bahwa introspeksi merupakan pendekatan yang tidak ada
gunanya. Alasannya adalah jika psikologi dianggap sebagai suatu ilmu, maka
datanya harus dapat diamati dan diukur. Watson mempertahankan pendapatnya bahwa
hanya dengan mempelajari apa yang dilakukan manusia (perilaku mereka)
memungkinkan psikologi menjadi ilmu yang objektif. Watson menolak pikiran
sebagai subjek dalam psikologi dan mempertahankan pelaku sebagai subjek
psikologi. Khususnya perilaku yang observabel atau yang berpotensi untuk dapat
diamati dengan berbagai cara baik pada aktivitas manusia dan hewan. 3 prinsip
dalam aliran behaviorisme:
1.
menekankan
respon terkondisi sebagai elemen atau pembangun pelaku. Kondisi adalah
lingkungan external yang hadir dikehidupan. Perilaku muncul sebagai respon dari
kondisi yang mengelilingi manusia dan hewan.
2.
Perilaku
adalah dipelajari sebagai konsekuensi dari pengaruh lingkungan maka
sesungguhnya perilaku terbentuk karena dipelajari. Lingkungan terdiri dari
pengalaman baik masa lalu dan yang baru saja, materi fisik dan sosial.
Lingkungan yang akan memberikan contoh dan individu akan belajar dari semua
itu.
3.
Memusatkan
pada perilaku hewan. Manusia dan hewan sama, jadi mempelajari perilaku hewan
dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku manusia.
B.F. Skinner
”Behaviorisme”, sebutan bagi aliran yang dianut Watson, turut berperan dalam
pengembangan bentuk psikologi selama awal pertengahan abad ini, dan cabang
perkembangannya yaitu psikologi stimulus-respon yang masih tetap berpengaruh.
Hal ini terutama karena hasil jerih payah seorang ahli psikologi dari Harvard,
B.F. Skinner. Psikologi stimulus-respon mempelajari rangsangan yang menimbulkan
respon dalam bentuk perilaku, mempelajari ganjaran dan hukuman yang
mempertahankan adanya respon itu, dan mempelajari perubahan perilaku yang
ditimbulkan karena adanya perubahan pola ganjaran dan hukuman. Skinner, berpendapat
kepribadian terutama adalah hasil dari sejarah penguatan pribadi individu
.
Meskipun pembawaan genetis turut berperan, kekuatan-kekuatan sangat menentukan
perilaku khusus yang terbentuk dan dipertahankan, serta merupakan khas bagi individu
yang bersangkutan. Dalam sebuah karyanya, Skinner membuat 3 asumsi dasar,
yaitu:
1.
Perilaku
itu terjadi menurut hukum (behavior can be controlled)
2.
Skinner
menekankan bahwa perilaku dan kepribadian manusia tidak dapat dijelaskan dengan
mekanisme psikis seperti Id atau Ego
3.
Perilaku
manusia tidak ditentukan oleh pilihan individual. Kaum behavioris lebih dikenal
dengan teori belajar, karena menurut mereka, seluruh perilaku manusia, kecuali
insting, adalah hasil belajar. Kaum behavioris sangat mengagungkan proses
belajar, terutama proses belajar asosiatif atau proses belajar stimulus-respon,
sebagai penjelasan terpenting tentang tingkah laku manusia. Para pendahulu
aliran pemikiran ini adalah Isaac Newton dan Charles Darwin. Tokoh-tokoh
lainnya yaitu Edward Thorndike, Clark Hull, John Dollard, Neal Miller, dan
masih banyak lagi lainnya.
teori belajar behaviorisme
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh
Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang
dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya
perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang
yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin,
2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah
input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa
saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau
tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses
yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena
tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur.
Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena
itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh
pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi
atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)
maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan
(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar
behavioristik, meliputi:
1.
Reinforcement
and Punishment;
2.
Primary
and Secondary Reinforcement;
3.
Schedules
of Reinforcement;
4.
Contingency
Management;
5.
Stimulus
Control in Operant Learning;
6.
The
Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di
antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan
Skinner.
·
Kepribadian
yang sehat menurut behavioristik :
1. Memberikan
respon terhadap faktor dari luar seperti orang lain dan lingkungannya.
2. Bersifat
sistematis dan bertindak dengan dipengaruhi oleh pengalaman sangat dipengaruhi
oleh faktor eksternal, karena manusia tidak memiliki sikap dengan bawaan
sendiri.
3. Menekankan
pada tingkah laku yang dapat diamati dan menggunakan metode yang objektif.
C. Teori Kepribadian Sehat Aliran Humanistik
Istilah
psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli
psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan
Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh
atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah
psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai
“kekuatan ketiga” (a third force) karena humanistik muncul sebagai kritik
terhadap pandangan tentang manusia yang mekanistik ala behaviorisme dan
pesimistik ala psikoanalisa.
Menurut
aliran humanistik kepribadian yang sehat, individu dituntut untuk mengembangkan
potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan
pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk
belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik dan benar sehingga menghasilkan
respon individu yang bersifat pasif.
Ciri
dari kepribadian sehat adalah mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan
atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu.
Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap
individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk
menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya.
Kepribadian
yang sehat menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1) Menjalani
hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi sepenuhnya.
2)
Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak
berbahaya.
3)
Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara
tradisi, otoritas, atau mayoritas.
4)
Jujur; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5)
Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar
orang.
6)
Memikul tanggung jawab.
7)
Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
Pendapat
Allport tentang Kesehatan Mental
Allport
ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi dan kekaburan-kekaburan yang
terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan tentang “diri” dengan membuang kata
itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yang akan membedakan konsepnya
tentang “diri” dari semua konsep lain. Istilah yang dipilihnya adalah proprium dan dapat didefinisikan dengan memikirkan
bentuk sifat “propriate” seperti dalam kata “appropriate”.
Proprium menunjuk
kepada sesuatu yang dimiliki seseorang atau unik bagi seseorang. Itu berarti
bahwa proprium (self) terdiri dari
hal-hal atau proses-proses yang penting dan bersifat pribadi bagi seorang individu,
segi-segi yang menentukan seseorang sebagai yang unik. Allport menyebutnya
“saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”.
Proprium berkembang
dari masa bayi sampai masa adolesensi melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila
semua segi perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut
dipersatukan dalam suatu konsep proprium. Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri”
ini. Munculnya proprium merupakan suatu
prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
“Diri” jasmaniah.
Kita tidak dilahirkan dengan suatu perasaan tentang diri. Bayi itdak dapat
membedakan antara diri (“saya”) dan dunia sekitarnya. Kira-kira pada usia 15
bulan, maka muncullah tingkat pertama perkembangan proprium diri jasmaniah. Kesadaran akan “saya
jasmaniah” misalnya bayi membedakan antara jari-jarinya dan sebuah benda yang
dipegang dalam jari-jarinya.
Identitas diri.
Pada tingkat kedua perkembangan, muncullah perasaan identitas diri. Anak mulai sadar akan identitasnya
yang berlangsung terus sebagai seorang yang terpisah. Anak mempelajari namanya,
menyadari bahwa bayangan dalam cermin adalah bayangan yang sama seperti yang
dilihatnya kemarin, dan percaya bahwa perasaan tentang “saya” atau “diri” tetap
bertahan dalam menghadapi pengalaman-pengalaman yang berubah-ubah.
Harga diri.
Tingkat ketiga dalam perkembangan proprium ialah timbulnyaharga diri. Hal ini menyangkut perasaan bangga
dari anak sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas
usahanya sendiri. Allport percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkat
perkembangan yang menentukan, apabila orang tua menghalangi kebutuhan anak
untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang timbul dapat dirusakkan.
Akibatnya dapat timbul perasaan dihina dan marah.
Perluasan diri (self extension). Tingkat perkembangan diri berikutnya adalah perluasan diri, mulai sekitar
usia 4 tahun. Anak sudah mulai menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam
lingkungannya dan fakta bahwa beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut.
Anak berbicara tentang “kepunyaanku”, ini adlah permulaan dari kemampuan orang
untuk memperluas dirinya, untuk memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga
abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
Gambaran diri. Gambaran diri berkembang pada tingkat berikutnya. Hal
ini menunjukkan bagaimana anak melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya.
Gambaran ini berkembang dari interaksi-interaksi antara orangtua dan anak.
Lewat pujian dan hukuman anak belajar bahwa orangtuanya mengharapkan supaya
menampilkan tingkah laku-tingkah laku tertentu dan manjauhi itngkah
laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan orangtua, anak
mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab moral serta untuk
perumusan tentang tujuan-tujuan dan intensi-intensi.
Diri sebagai pelaku rasional. Setelah anak mulai sekolah, diri sebagai pelaku rasional
mulai timbul. Aturan-aturan dan harapan-harapan baru dipelajari
dari guru-guru dan teman-teman sekolah serta hal yang lebih penting ialah
diberikannya aktivitas-aktivitas dan tantangan-tantangan intelektual. Anak
belajat bahwa dia dapat memecahkan masalah-masalah dengan menggunakan
proses-proses yang logis dan rasional.
Perjuangan proprium (propriate striving). Dalam masa adolesensi, perjuangan proprium (propriate striving), tingkat
terakhir tingkat terakhir dalam perkembangan diri (selfhood) timbul.
Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan suatu masa yang sangat
menentukan. Orang sibuk dalam mencari identitas diri yang baru, segi yang
sangat penting dari pencarian identitas ini adalah definisi suatu tujuan hidup.
Pentingnya pencarian ini yakni untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa
depan, tujuan-tujuan dan impian-impian jangka panjang.
Perkembangan
dari daya dorong kedepan, intensi-intensi, aspirasi-aspirasi, dan
harapan-harapan orang itu mendorong kepribadian yang matang. “sasaran-sasaran
yang menentukan” ini dalam pandangan Allport sangat penting untuk kepribadian
sehat.
Tujuh
tingkat diri atau proprium ini berkembang dari masa bayi sampai masa
adolesensi. Suatu kegagalan atau kekecewaan yang hebat pada setiap tingkat
melumpuhkan penampilan tingkat-tingkat berikutnya serta menghambat integrasi
harmonis dari tignkat-tingkat itu dalam proprium. Dengan
demikian pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak sangat penting dalam
perkembangan kepribadian yang sehat.
7
Kriteria Kematangan
Tujuh
criteria kematangan ini merupakan pandangan-pandangan Allport tentang
sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat.
1).
Perluasan Perasaan Diri
Ketika
diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda.
Mula-mula diri berpusat hanya pada individu kemudian diri bertambah luas
meliputi nilai-nilai dan citi-cita yang abstrak. Orang harus menjadi partisipan
yang langsung dan penuh. Allport menamakan hal ini “pertisipasi otentik yang
dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia”.
Orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.
Menurut
Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting bagi diri; harus berarti
sesuatu bagi orang itu. Apabila anda mengerjakan suatu pekerjaan karena anda
percaya bahwa pekerjaan itu penting, menantang kemampuan, membuat anda merasa
enak, maka anda merupakan seorang partisipan otentik dalam pekerjaan itu.
Aktivitas itu lebih berarti daripada pendapatan yang diperoleh dan memuaskan
kebutuhan-kebuthan lain juga.
Semakin
seseorang terlibat sepenuhnya dengan berbagai aktivitas atau orang atau ide,
maka ia semakin sehat secara psikologis. Diri menjadi tertanam dalam
aktivitas-aktivitas yang penuh arti dan menjadi perluasan perasaan diri.
2).
Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport
membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain:
kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.
Orang
yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap
orangtua, anak, partner, teman akrab. Apa yang dihasilkan oleh kapasitas untuk
keintiman ini adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang baik, syarat
lain bagi kapasitas keintiman adalah suatu perasaan identitas diri yang
berkembang dengan baik.
Ada perbedaan
antara hubungan cinta dari orang yang neurotis dengan hubungan cinta dari
kepribadian-kepribadian yang sehat. Orang-orang yang neurotis harus menerima
cinta jauh lebih banyak daripada kemampuan mereka untuk memberinya. Apabila
mereka membari cinta, maka cinta itu diberikan dengan syarat-syarat dan
kewajiban-kewajiban yang bersifat timbal balik. Cinta dari orang yang sehat
adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan, atau mengikat.
Perasaan
terharu, tipe kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi
dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat
memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan-penderitaan,
ketakutan-ketakutan, dan kegagalan-kegagalan yang merupakan cirri kehidupan
manusia. Empati ini timbul melalui “perluasan imajinatif” dan perasaan orang
sendiri terhadap kemanusiaan pada umumnya.
Sebagai
hasil dari kapasitas perasaan terharu, kepribadian yang matang sabar terhadap
tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya. Orang yang
sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia, dan mengetahui bahwa dia memiliki
kelemahan-kelemahan yang sama. Akan tetapi, orang yang neurotis tidak sabar dan
tidak mampu memahami sifat universal dari pengalaman-pengalaman dasar manusia.
3).
Keamanan Emosional
Kepribadian-kepribadian
yang sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia. Kepribadian-kepribadian
yang sehat mengontrol emosi-emosi mereka, sehingga emosi-emosi ini tidak
mengganggu aktivitas-aktivitas antarpribadi, emosi-emosi diarahkan kembali ke
dalam saluran-saluran yang lebih konstruktif. Akan tetapi orang-orang yang
neurotis menyerah pada emosi apa saja yang dominant pada saat itu, berkali-kali
memperlihatkan kemarahan atau kebencian.
Kualitas
lain dari keamanan emosional ialah apa yang disebut Allport “sabar terhadap
kekecewaan”. Orang-orang yang sehat sabar menghadapi kemunduran-kemunduran,
tidak menyerah diri kepada kekecewaan, tetapi mampu memikiran cara-cara yang
berbeda, yang kurang menimbulkan kekecewaan untuk mencapai tujuan-tujuan yang
sama atau tujuan-tujuan substitusi.
4).
Persepsi Realistis
Orang-orang
yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Sebaliknya, orang-orang yang
neurotis kerapkali harus mengubah realitas supaya membuatnya sesuai dengan
keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, dan ketakutan-ketakutan mereka
sendiri. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang
lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu
prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana
adanya.
5).
Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
Keberhasilan
dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan
bakat-bakat tertentu, suatu tingkat kemampuan. Kita harus menggunakan
keterampilan-keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan
menempatkan diri sepenuhnya dalam pekerjaan kita.
Allport
mengemukakan bahwa ada kemungkinan orang-orang yang memiliki
keterampilan-keterampilan menjadi neurotis, akan tetapi tidak mungkin menemukan
orang-orang yang sehat dan matang yang tidak mengarahkan keterampilan mereka
pada pekerjaan mereka. Allport mengutip apa yang dikatakan Harvey Cushing, ahli
badah otak yang terkenal, “satu-satunya cara untuk melangsungkan kehidupan
adalah menyelesaikan suatu tugas”.
Pekerjaan
dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitis untuk hidup. Tidak
mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa
melakukan pekerjaan yang penting melakukannya dengan dedikasi, komotmen, dan
keterampilan-keterampilan.
6). Pemahaman Diri
Kepribadian
yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada
orang-orang yang neurotis. Orang yang sehat terbuka pada pendapat orang-orang
lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif.
Orang
yang memilii suatu tingkat pemahaman diri (self objectification)
yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin memproyeksikan kualitas-kualitas
pribadinya yang negatif kepada orang lain. Allport juga mengemukakan bahwa
orang yang memiliki wawasan diri yang lebih baik adalah lebih cerdas daripada
orang yang memiliki wawasan diri yang kurang.
7).
Filsafah Hidup yang Mempersatukan
Bagi Allport rupanya mustahil memiliki suatu
kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Allport
menekankan bahwa nilai-nilai (bersama dengan tujuan-tujuan) adalah sangat
penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan.
Memiliki
nilai-nilai yang kuat, jelas memisahkan orang yag sehat dari orang yang
neurotis. Orang yang neurotis tidak memiliki nilai-nilai atau hanya memiliki
nilai-nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara sehingga tidak cukup
kuat untuk mengikat atau mempersatukan semua segi kehidupan.
Suara hati juga ikut berperan dalam suatu
filsafat hidup yang mempersatukan. Suara hati yang tidak matang atau neurotis
sama seperti suara hati kanak-kanak, yang patuh, membudak, penuh dengan
pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan yang dibawa dari masa kanak-kanak
ke dalam masa dewasa. Sedangkan suara hati yang matang adalah suatu perasaan
kewajiban dan tangggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Christian,M.2005.Jinakkan
stress.Bandung:Nexx Media
Markam, Suprapti Slamet I.S. Sumarno.2008.Pengantar
Psikologi Klinis. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press).
Smet,Bart.1994.Psikologi
kesehatan. Jakarta:Gramedia.